A.  TEORI DASAR PERTONGAN PERTAMA
1.            PENGERTIAN PERTOLONGAN PERTAMA
Pemberian Pertolongan kepada penderita sakit atau cidera / kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar.
2.            PENGERTIAN MEDIS DASAR
Tindakan perawatan berdasarkan  Ilmu Kedokteran yang dapat dimiliki oleh Awam atau awam yang terlatih secara khusus. batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama.
3.            PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
Penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian,yang memiliki kemampuan pertolongan kasus gawat darurat terlatih dalam penanganan medis dasar.
3.1         TUJUAN PERTOLONGAN PERTAMA
a.   Menyelamatkan jiwa penderita.
b.  Mencegah cacat pada korban
c.   Membantu proses penyembuhan dan Memberikan rasa nyaman
3.2   KEWAJIBAN PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
a.   Menjaga keselamatan diri, Anggota Tim, penderita dan sekitarnya.
b.  Dapat menjangkau penderita dalam kasus kecelakaan atau musibah kemungkinan  Pelaku harus memindahkan penderita lain untuk  dapat menjangkau penderita yang lebih parah.
c.   Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam jiwa.
d.  Meminta bantuan / rujukan. pelaku pertolongan pertama harus bertanggung jawab sampai bantuan rujukan mengambil alih penanganan penderita.
e.   Memberikan Pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban.
f.    Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g.  Ikut menjaga kerahasiahan medis penderita.
h.  Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i.    Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
3.3         KUALIFIKASI PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
a.   Jujur dan bertanggung jawab
b.  Berlaku profesional
c.   Kematangan emosi, Pada keadaan tertentu  kondisi penderita emosional juga keluarga penderita yang tak dapat menerima kenyataan yang di  alami penderita dalam hal ini pelaku harus menenagkan diri, serta dapat menenangkan penderita dan keluarga juga sabar tidak panik dan gugup dalam menghadapi penderita.
3.4         PERALATAN DASAR PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
Dalam melakukan tugasnya Pelaku Pertolongan Pertama memerlukan peralatan dasar dan dapat di bagi dua, yaitu  Alat Perlindungan diri dan Peralatan minimal untuk melakukan tugasnya.
3.4.1      BEBERAPA MACAM APD
  1. Sarung tangan lateks
  2. Kacamata pelindung
  3. Baju Pelindung
  4. Masker Penolong
  5. Masker Resusitasi
  6. Helm
3.4.2      PERALATAN PERTOLONGANPERTAMA
  1. Kasa steril
  2. Bantalan kasa
  3. Pembalut
  4. Pembalut Gulung/Pita
  5. Pembalut segitiga/Mitela
  6. Pembalut Tabung
  7. Pembalut rekat/Plister
  8. Cairan anti septik
  9. Alkohol 70 %
  10. Iodine
  11. Cairan pencuci mata
  12. Peralatan Stabilisasi,Bidai, Papan spinal panjang, Papan Spinal Pendek
  13. Pinset
  14. Senter
  15. Kapas
  16. Selimut
  17. Kartu Penderita
  18. Alat Tulis
  19. Oksigen
  20. Tensimeter dan stetoskop
  21. Tandu
3.5      DASAR HUKUM
Pasal 531 K U H Pidana
“Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya  tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan  : KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566
Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :
  1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat ( Implied Consent )
Persetujuan yang diberikan penderita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan.
  1. Persetujuan yang dinyatakan ( Expressed Consent )
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.
4.         ANATOMI (SUSUNAN TUBUH)
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
4.1      FISIOLOGI (FAAL TUBUH)
Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat  atau jaringan tubuh.
4.2      POSISI ANATOMIS
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
4.3      BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal, yaitu :
1.   Bidang Medial
yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2.   Bidang Frontal
yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3.   Bidang Transversal
yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).
4.4      PEMBAGIAN ( REGIO ) TUBUH MANUSIA
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :
a.   Kepala
Tengkorak ( Cranium ) , Wajah, dan Rahang Bawah ( Mandibula )
b.  Leher
c.   Batang Tubuh
Dada ( Thorax ), Perut ( Abdomen ), Punggung, dan Panggul ( Pelvis )
d.  Anggota Gerak Atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
e.   Anggota Gerak Bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
4.5      RONGGA DALAM TUBUH MANUSIA
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :
a.   Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya
b.  Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal cord
c.   Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d.  Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah, perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:
i.    Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii.   Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus).
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
e.   Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam
4.6      SISTEM DALAM TUBUH MANUSIA
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
  1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
    1. Menopang bagian tubuh
    2. Melindungi organ tubuh
    3. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
    4. Memberi bentuk bangunan tubuh
    2.   Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3.   Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oksigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4.   Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5.   Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai  yang tidak disadari
6.   Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7.   Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8.   Sistem Kemih (urinarius)
9.   Kulit
10.   Panca Indera
11.   Sistem Reproduksi

5.         INCIDENT COMMAND SYSTEM ( ICS )
Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong  bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.
Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah mengatur penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan korban, bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana, kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi.
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa sehingga ada :
1.    Daerah triage
Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.
2.    Daerah pertolongan
Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan di mana pertolongan diberikan.
3.    Daerah transportasi
Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.
4.    Daerah penampungan penolong dan peralatan
Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul, di data dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan juga diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya.
 5.1      PERAN PENOLONG PERTAMA
Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :
  1. Mendirikan Posko dan komandonya
  2. Menilai keadaan
  3. Meminta bantuan sesuai keperluan
  4. Mulai melakukan triage
5.2      PENILAIAN KEADAAN
Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :
  1. Keadaan
  2. Jumlah penderita
  3. Tindakan khusus
  4. Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
  5. Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
  6. Berapa banyak sektor yang diperlukan
  7. Wilayah atau areal penampungan
Buatlah suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.
B.        TEKNIK PENANGANAN GAWAT DARURAT
1.      KEDARURATAN MEDIS
1.1   DEFINISI
Keadaan penderita yang disebabkan adanya gangguan fungsi tubuh sehingga kemungkinan mengalami cidera misal kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi luka. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur.
1.2   TANDA DAN GEJALA – GEJALA
Gejala :
1.      Demam
2.      Nyeri
3.      Mual, muntah
4.      Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5.      Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6.      Sesak atau merasa sukar bernapas
7.      Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1.   Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2.   Perubahan irama jantung : nadi  cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3.   Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4.   Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5.   Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6.   Bau khas dari mulut atau hidung
7.   Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8.   Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9.   Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.
Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis.
a.      SECARA UMUM GANGGUAN MEDISADALAH
-          Gangguan Jantung dan Pernapasan
-          Gangguan kesadaran dan perubahan setatus mental
-          Gangguan akibat perubahan lingkungan
-          Keracunan
B.     CARA PENANGANAN GANGGUAN MEDIS
a.    Gangguan Jantung dan pernapasan:
Terjadi akibat tersumbatnya jalan napas , tidak menemukan adanya napas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus melakukan tindakan bantuan hidup dasar, yaitu      :
-       Melakukan bantuan pernapasan
-       Melakukan RJP
  • BOLUS =  2 x Nafas Awal
b.    Penyebab orang tidak sadarkan diri :
-          Kegagalan jantung memompa darah
-          Kehilangan darah dalam jumlah yg besar
-          Pelebaran pembuluh darah yang luas , sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik
-          Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare
c.    Tanda orang tidak sadarkan diri:
-         Pernapasan cepat dan dangkal
-         Nadi Cepat dan lemah
-         Kulit pucat dingin dan lembab
-         Wajah pucat, perubahan warna pada bibir, lidah dan kuping
-         Mata pandangan hampa ,pupil melebar
C.   Gejala orang tidak sadarkan diri :
-          Mual dan mungkin muntah
-          Haus
-          Lemah
-          Pusing
-          Gelisah dan takut mati
D.   Penanganan orang  tidak sadarkan diri :
-          Bawa penderita ketempat teduh dan aman
-          Tidurkan telentang,tungkai di tinggikan 20-30 cm
-          Pakaian yang mengikat dilonggarkan
-          Berikan rangsangan pernapasan
-          Tenangkan penderita
-          Berikan minum hangat manis Teh,Kopi
-          Pastikan jalan napas, Periksa nadi
Pada dasarnya yang pertama menemukan penderita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat. Oleh karena itu sangatlah bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan PPGD
a.   Pada fase pra-rumah sakit dapat diketahui bahwa nasib korban tergantung pada 3 kecepatan :
  1. Kecepatan ditemukannya korban dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan Masyarakat yang tinggi, maka kecepatan menemukan korban dapat dicapai dengan lebih singkat.
  2. Kecepatan minta pertolongan akan sangat mempengaruhi cepat lambat datanggya pertolongan medis yang diperlukan.
  3. Kecepatan dan ketepatan pertolongan tergantung pada keahlian penolong. Resiko untuk meninggal atau cacat sangat dipengaruhi oleh kecepatan pertolongan yang diberikan sehingga untuk memperbaiki resiko kematian atau cacat kematian atau cacat diperlukan penolong yang lebih terdidik dan terlatih.
b.  Faktor yang mempengaruhi Kecepatan dan Ketepatan Pertolongan
-          Faktor komunikasi
-          Faktor Keterampilan
-          Faktor Evakuasi korban
c.   Pada saat tiba di lokasi kejadian kewajiban penolong harus :
-          Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang – orang disekitar lokasi kejadian
-          Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan nama penolong , nama Organisasi, Permintaan
-          Menentukan keadaan umum kejadian dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita
-          Mengenali dan mengatasi gangguan /  cidera yang mengancam nyawa
-          Stabilkan penderita dan teruskan pemantauannya
-          Minta bantuan
-          Melakukan Resusitasi Jantung Paru
d.     Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah  :
-       Cara minta tolong
-       Resusitasi jantung paru
-       Cara menghentikan pendarahan
-       Cara memasang pembalutan
-       Cara memasang bidai
-       Cara evakuasi penderita gawat darurat
e.    Pelaku terlatih perlu untuk dapat :
-          Mengenal tanda pasti henti jantung
-          Memberikan tindakan RJP
-          Memanggil Pelayanan Medik Darurat
f.       Tujuan dari evakuasi adalah memindahkan korban dengan cepat tetapi aman sehingga tidak menimbulkan luka  / penderita tambahan ataupun syok pada korban.

2.      PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN KORBAN
Ada 6 hal yang harus dinilai dan diperiksa pada setiap kejadian yang membutuhkan teknik penanganan gawat darurat, yaitu       :
1.   PENILAIAN KEADAAN ( SIZE UP )
-            Bagaimana Kondisi saat itu
-            Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
-            Bagaimana mengatasinya
2.   PENILAIAN DINI  (INITIAL ASSESMENT)
Untuk menentukan dapat ditolong atau tidak ( aman / tidak ), ada 6 hal yang harus diperhatikan     :
2.1   Kesan Umum ; gambaran umum dari kecelakaan / musibah yang terjadi (Kasus Trauma dan kasus medis.Penolong ,Penderita, orang sekitar lokasi).
2.2   Memeriksa  Respon / Tingkat kesadaran  dari korban  :
A – Awas  (Alert)  :Kesadaran penuh (dapat                                                        berkomunikasi )
S – Suara   (Verbal) : Kesadaran penuh, tetapi dengan                                           perintah
N – Nyeri (Painfull) : Kesadarannya dengan rangsangan                                        nyeri (biasanya ada fracture).
T – Tidak respon (Unresponsive) : Tidak sadar sama                                                                 sekali.
2.3   Penguasaan Jalan Napas ( AIRWAY CONTROL )
Gangguan jalan napas dapat disebabkan karena :
ü Masuknya benda asing (makanan, mainan, darah, dll).
ü Struktur anatomisnya (tersumbat lidah, penyempitan saluran pernapasan, kerusakan jaringan, dll).
Cara memastikan jalan napas terbuka dengan baik :
ü Lakukan dengan cara Angkat Dagu Tekan Dahi ( Head Tilt Chin Lift). Tidak dilakukan pada korban yang mengalami trauma kepala, leher maupun tulang belakang
ü Pada korban trauma tulang belakang, lakukan Manuver Tekan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver) untuk membuka jalan nafas. Manuver ini juga digunakan untuk mengatasi sumbatan jalan nafas oleh lidah.
“ Langkah membebaskan jalan napas dari sumbatan & menguasainya menjadi prioritas tindakan pada semua kasus “

Gb. 3-2. Head Tilt Chin Lift
Gb 3-3. Jaw Thrust Manuever
2.4   Menilai pernapasan ( BREATHING ), dengan cara       :
  1. Lihat pergerakan pernafasannya ( di dada)
  2. Dengarkan hembusan nafasnya
  3. Rasakan hembusan nafasnya
* Untuk korban yang tidak sadar jangan diberi makan / minum
* Lakukan nafas buatan jika ada nadi, tidak ada nafas.
Dewasa: 10 – 12 x / mnt (1,5 -2 dtk / nafas)
Anak (1-8th): 20 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)
Bayi (0-1 th): > 20 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)
Bayi (BBL): 40 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)
Bahaya bantuan pernapasan dari mulut ke mulut :
1.    Penyebaran penyakit
2.    Kontaminasi bahan kimia
3.    Muntahan penderita.
Gb 3-4. Lihat – Dengar – Rasakan ( Nafas )
Gb 3-5. Pernapasan buatan melalui masker RJP
Teknik memberikan bantuan napas buatan
1.    Melalui mulut penolong menggunakan masker RJP / APD atau secara langsung ke hidung/mulut penderita.
2.    Menggunakan alat bantu berupa masker berkatup (BVM / Bag Valve Mask )

2.5   Menilai sirkulasi ( CIRCULATION ) dan menghentikan pendarahan berat.
ü  Pemeriksaan denyut nadi orang dewasa dan anak pada nadi karotis, sedangkan bayi pada nadi brakialis.
Bayi : 120  –  150  x  / menit
Anak : 80 – 150 x / menit
Dws  : 60  – 150 x / menit
ü  Pemeriksaan denyut nadi min. 5 –10 detik menggunakan 2 -3 jari (dg. telapak jari, bukan punggungnya, juga bukan dengan ibu jari)
ü  Tindakan bantuan sirkulasi dikenal sebagai resusitasi jantung paru, yakni suatu tindakan kombinasi antara pijatan jantung dari luar dengan pernapasan buatan yang dilakukan pada saat seseorang mengalami henti napas & henti jantung.
ü  Penekanan jantung dari luar diharapkan menimbulkan efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur sirkulasi darah minimal pada saat mati klinis. (25-30 % dari curah jantung)
ü  Melakukan kontrol perdarahan besar juga merupakan bagian penting dari bantuan sirkulasi
2.6   Hubungi bantuan / kirim korban ke Rumah Sakit.




Gb 3-6. Pemeriksaan nadi karotis
Gb 3-7. Pemeriksaan nadi brachialis

3.   PEMERIKSAAN FISIK
  • Tujuannya : Menemukan tanda
  • Dengan cara  :
  • Penglihatan
  • Perabaan
  • Pendengaran
  • Perubahan bentuk ( P ) / Deformity
  • Luka Terluka ( L ) / Open Injuries
  • Nyeri Tekan ( N ) / Tendernist
  • Bengkak ( B ) / Suelling
  • Pada Cidera harus di cari
  • Urutan Pemeriksaan : Head  to Toe
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1.   Kepala
ü  Kulit Kepala dan Tengkorak ( Cranium )
ü  Telinga dan Hidung
ü  Pupil Mata
ü  Mulut
ü  Rahang ( Mandibula )
2.   Leher / Cerviccal
3.   Dada ( Thorax )
ü  Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
ü  Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
ü  Lakukan perabaan pada tulang
4.   Perut ( Abdomen )
ü  Periksa rigiditas (kekerasan)
ü  Periksa potensial luka dan infeksi
ü  Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
ü  Periksa adanya pembengkakan
5.   Punggung
ü  Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
ü  Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6.   Panggul ( Pelvis )
7.   Alat gerak ( Extrimitas ) atas
8.   Alat gerak ( Extrimitas ) bawah
  • Pemeriksaan tanda vital
1.    Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
2.    Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3.    Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4.    Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
Bayi              : 120 – 150 x / menit
Anak             : 80 – 150 x / menit
Dewasa         : 60 – 90 x / menit
Frekuensi Pernapasan Normal: 
Bayi              : 25 – 50 x / menit
Anak             : 15 – 30 x / menit
Dewasa          : 12 – 20 x / menit
  • Suhu tubuh   : 37
4.      RIWAYAT PENDERITA ( SAMPLE )
S – Sign and Symptom ( Tanda dan Gejala )
A – Alergi yang dialami
M – Medicine ( Sejarah Medis )
P – Partinal History ( Sejarah Penyakit )
L – Last Intake Oral ( Makan minum terakhir )
E – Event ( Mekanisme Kejadian )
5.      PEMERIKSAAN BERKALA ATAU LANJUT ( DALAM PERJALANAN )
-          Keadaan respon
-          Nilai kembali jalan napas
-          Nilai kembali pernapasan
-          Periksa kembali nadi penderita
-          Nilai kembali nilai keadaan
-          Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa
-          Nilai kembali penata-laksanaan penderita
-          Pertahankan Komunikasi dengan penderita untuk  menjaga rasa aman dan nyaman
-          Untuk korban prioritas : cek setiap 5 menit – 15 menit sekali.
-          Untuk korban tidak prioritas, cek 15 menit – 30 menit sekali.
6.    PELAPORAN
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, Organisasi dan bukti medis.
-          Umur dan jenis kelamin penderita
-          Keluhan utama
-          Tingkat respon
-          Kedaan jalan nafas
-          Pernapasan
-          Sirkulasi
-          Pemeriksaan fisik yang penting
-          SAMPLE  yang Penting
-          Penata-laksanaan
-          Perkembangan lainnya yang di anggap penting
-          Dokumentasi

Contoh Pembuatan Laporan Kejadian dan Pelaporan
Nama Penderita         : …………………………….
Umur Pasien             : ……………………………….
Alamat Pasien           : …………………………
Jenis kelamin             : Laki-laki / Perempuan
Uraian kejadian         : …………………………..
Pertolongan yang dilakukan :
Keadaan Pasien        : Sadar / Tidak sadar,
Patah tulang/tidak patah ,
Pendarahan / Tidak pendarahan
Alat dan obat yang digunakan:
Pasien dirujuk ke      : ……………………….
Pelaku Pertolongan  :……………………………..


3.      TEKNIK PENGANGKATAN DAN PEMINDAHAN PENDERITA
3.1   TEKNIK PENGANGKATAN PENDERITA
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
3.2   MEKANIKA TUBUH
Gunakan “mekanika tubuh” kita sendiri, dalam mengangkat beban > 15 kg gunakan tungkai paha dan dekatkan posisi benda yang kita angkat dengan tubuh kita. Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
ü  Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
ü  Gunakan tungkai jangan punggung
ü  Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
ü  Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
ü  Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
ü  Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
ü  Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
ü  Pengangkatan korban benturan keras / (curiga) trauma tulang belakang, minimal dilakukan oleh 5 orang sebagai berikut     :  1 orang bertugas melakukan manuver tekan rahang bawah, 3 orang lainnya bertugas mengangkat korban dan 1 orang lagi memposisikan tandu spinal untuk pemindahan korban. Setelah korban diletakkan pada alas yang keras, datar dan rata. Pastikan tidak ada perubahan posisi leher pada pasien trauma gunakan cerviccal coral sebelum melakukan pemindahan.
Gb 3 – 8. Pengangkatan dan Pemindahan Korban ( Curiga ) Trauma Tulang Belakang


3.3   MACAM – MACAM PEMINDAHAN PENDERITA
Pemindahan darurat dan pemindahan biasa / tidak darurat.
A.     Pemindahan darurat, tindakan ini hanya dilakukan bila : Adanya bahaya langsung terhadap penderita ( bahaya kebakaran, ledakan, bangunan tidak stabil dll ).
ü 4 macam teknik pemindahan darurat            :
  1. Tarikan Baju
  2. Fire Fighter Drag
  3. Tarikan Kain
  4. Tarikan Selimut
B.     Pemindahan biasa ; Bila tidak ada bahaya langsung terhadap penderita maka penderita hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan penderita selesai ditangani, yaitu :
ü Penilaian awal telah lengkap dilakukan.
ü Denyut nadi dan napas stabil serta dalam batas normal.
ü Tidak ada pendarahan luar tidak terkendali atau tidak ada indikasi pendarahan dalam.
ü Mutlak tidak ada cidera atau ada. Semua patah tulang sudah di mobilisasi.
ü Ada 3 macam teknik pemindahan biasa / tidak darurat
  1. Paggy Back ( gendong )
  2. Bopong
  3. Papah
3.4          PERALATAN PEMINDAHAN PENDERITA
-          Tandu Berdua / Tandu Ambulan
-          Tandu Lipat
-          Tandu Scop
-          Tandu kursi
-          Tandu selimut
-          Papan  spinal panjang dan pendek
Gb. 3 – 9. Evakuasi di lorong sempit ( Fire Fighter Drag )
Gb. 3 – 10. Cara mengangkat dan memindahkan korban
Gb. 3 – 11. Teknik menggendong korban tidak sadar


3.5      TEKNIK MELEWATI HALANG RINTANG PP
A.     LORONG SEMPIT
  1. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari Ambang lorong sempit.
  2. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
  3. Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
  4. Pelaksanaan pertama penderita diangkat dari atas tandu oleh 3 orang penolong setelah itu penolong dalam keadaan berdiri. Penderita dirapatkan dalam keadaan miring.
  5. Pembawa bendera mulai memasuki lorong empit dengan membawa tandu,setelah itu diikuti penolong yang membawa penderita. Pada waktu berjalan dilorong sempit harus dengan gerakan menyamping dan langkah para penolong harus teratur, menutup dan membuka kaki harus bersamaan.
  6. Kemudian diikuti anggota lainnya yang membawa peralatan TasP3K, dan lain –lain.
  7. Setelah melewati lorong sempit penderita dipindahkan kembali ke tandu, sejenak memeriksa keadaan penderita tandu diangkat dengan tertib dan meneruskan perjalanan.
B.     PAGAR TEMBOK
  1. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari pagar tembok.
  2. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
  3. Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
  4. Pelaksanaan pertama tandu diangkat tingggi oleh 4 orang penolong dengan posisi mendatar, pegangan tandu depan diletakan pada pagar tembok ± 2 jengkal dari ujung pegangan.
  5. Pembawa bendera meloncati tembok disusul dengan 2 penolong lainnya bagian depan pengangkat tandu.
  6. Setelah melewatinya. 2 penolong tersebut memegang kembali ujung tandu yang diletakkan pada tembok, kedilakukan gerakan menarik dari depan dan mendorong dari belakang sampai ujung tandu paling belakang ± 2 jengkal dari ujung pegangan diletakkan pada tembok.
  7. Kemudian 2 penolong yang mengankat tandu bagian belakang segera meloncati pagar tembok.
  8. Setelah selesai kembali mengatur posisi seperti semula dalam pengangkatan tandu.
  9. Sejenak melakukan pemeriksaan, kemudian melajuti perjalanan
C.     GORONG – GORONG / URUNG URUNG
  1. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari gorong – gorong.
  2. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
  3. Setelah menjajaki dan mencobanya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
  4. Pelaksanaan pertama penderita diangkat dari atas tandu oleh 3 orang penolong.
  5. Penderita segera dibaringkan atau ditelungkupkan ( tergantung Pada keadaan lukanya ) diatas punggung salah satu penolong yang sudah dalam posisi tiarap dan siap memasuki gorong – gorong. Badan penderita disatukan dan diikat kebadan penolong.
  6. Pembawa bendera terlebih dahulu dengan memasuki gorong – gorong dengan membawa tandu melewati gorong, kemudian kembali lagi dengan Posisi merayap , Penolong yang membawa penderita memegang pambawa bendera kemudian dibantu dengan anggota lainya dibelakang, serta disusul oleh Anggota lannya yang membawa tas P3K dan lain – lainnya..
  7. Setelah melewati semuanya, penderita segera diangkat kembali dan diletakkan ketandu.
  8. Sejenak melakukan pemeriksaan, kemudian melajuti perjalanan.

  1. D.     BAHAYA UDARA
    1. Waktu mendengar tanda bahaya, segera mencari temapat yang sekiranya dianggap aman.
    2. Tandu penderita segera diletakkan dan para penolong segara tiarap,dan mencari tempat yang dianggap aman.
    3. Bagi pembawa bendera, bendera di letakkan / ditutupi pada penderita.
    4. Setelah tanda bahaya usai, kembali keposisi semula dan tandu penderita diusung kembali dan melanjuti perjalanan E.        AMBULANCE
      1. Pembawa bendera menbuka pintu belakang Ambulance.
      2. Tandu penderita diturunkan dan diletakkan ± 2M agak menyamping sebelah kiri atau kanan dari pintu ambulance.
      3. 2 Orang penolong mengeluarkan tandu khusus dari ambulance, persisi didepan ambulance.
      4. Penderita diangkat oleg 3 orang penolong dan dipindahkan ke tandu khusus ambulance.
      5. Kemudian tandu khusus tersebut diangkat oleh 4 penolong untuk dimasukkan kedalam ambulance.
      6. Selanjutnya tandu bawaan kosong dibawa dimasukkan kedalam ambulance bersama dengan 3 orang penolong lainnya, dan 3 orang penolong tersebut benrtindak untuk sebagai penjaga penderita.
      7. 2 orang lain dapat duduk didepan sebelah pengemudi.
      8. Pintu Ambulance ditutup dengan rapat.
F.         RUMAH SAKIT
1.        Cara menurunkan penderita dari ambulance
Pembawa bendera turun terlebih dahulu, membuka pintu belakang ambulan.
2 orang lainya turun dari ambulan memegangi tandu dan mebuka kunci roda tandu.
Satu orang mengeluarkan tandu kosongdan disiapkan disamping kanan/ kiri ambulance.
Tandu khusus penderita ditarik keluardisambut oleh 2 orang penolong, kemudian diangkat sama-sama oleh 4 penolongkemduian diletakkan sejajra dengan tandu kosong.
Penderita diangkat oleg 3 penolong ketandu kosong.
Dengan 4 orang penolong tandu penderita dibawa masuk ruangan rumah sakit.
2.        Cara memindahkan penderita ketempat tidur
Sewaktu penderita diangkat masuk ruangan rumah sakit , pembawa bendera melapor kepada petugas poliklinik, kemudian segera mengatur dan membereskan tempat tempat tidur.
Setelah memasuki ruangan penderita diangkat oleh 3 penolong meletakkan ketempat tidur dengan rapi dan tertib

4.   BANTUAN HIDUP DASAR dan RESUSITASI JANTUNG PARU
4.1   BANTUAN HIDUP DASAR
Pada saat pertama kali menemukan penderita jika dalam melakukan penilaian dini, penolong menemukan gangguan pada salah satu dari ke tiga komponen, al : tersumbatnya jalan napas, tidak menemukan adanya napas dan atau tidak adanya denyut nadi. Menghadapi kasus seperti ini Pelaku Pertolongan Pertama harus menguasai dan melakukan tindakan yang dikenal istilah BANTUAN HIDUP DASAR. Karena tanpa menggunakan intervensi obat atau alat kejut jantung, jika sebaliknya disebut dengan Bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support). Khusus untuk BHD, penderita dibagi 3 , yaitu  :        Bayi    = 0 – 1 tahun, Anak = 1 – 8 tahun, dan Dewasa  =  > 8 tahun
“ SISTEM PERNAPASAN DAN SISTEM PEREDARAN DARAH ADALAH YANG UTAMA UNTUK HIDUP MANUSIA. JIKA SALAH SATU ATAU KEDUANYA TERGANGGU, ANCAMAN KEHILANGAN NYAWA SANGAT TINGGI “
Tubuh manusia dapat menyimpan makanan hanya beberapa minggu dan menyimpan air beberapa hari, tetapi hanya mampu menyimpan Oksigen hanya untuk beberapa menit saja ! Sistem Pernapasan memasok Oksigen ketubuh sesuai kebutuhan dan juga mengeluarkan Karbon Dioksida.
Sistem Sirkulasi inilah yang selanjutnya bertanggung jawab memberikan pasokan oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh dan bertanggung jawab pula untuk membuang sisa –sisa makanan dari jaringan tubuh.
Langkah tindakan BHD :
A: AirwayControl (Penguasaan Jalan Napas)
B: BreathingSupport (Bantuan Pernapasan)
C: Circulatory Support (Bantuan Sirkulasi)

Gb 3-8. Sistem Pernafasan dan Sistem Sirkulasi Darah Manusia
4.2   KOMPONEN-KOMPONEN SIRKULASI
4.2.1     JANTUNG
Sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh, Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali diperkaya dengan oksigen.
Penyebab jantung berhenti :
  • PENYAKIT JANTUNG
  • GANGGUAN PERNAPASAN
  • SYOK
  • KOMPLIKASI PENYAKIT LAIN
4.2.2     PEMBULUH DARAH
1.      Arteri ( Pembuluh Nadi ) : Pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar ( merah terang )
2.      Kapiler ( Pembuluh Balik ) :Pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap dan jika terluka hanya menetes.
3.      Vena ( Pembuluh Rambut ) : Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan berwarna merah kehitaman.
ü  Denyut dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri / Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit. Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
ü  Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
  • Radialis : Berada di pergelangan tangan
  • Carotis : Berada di leher
  • Femoralis : Berada di lipatan paha
  • Brachialis : Berada di Lengan atas
  • Dorsalis Pedis : Berada di Punggung kaki
  • Tibialis Posterior : Berada di Belakang mata kaki
4.2.3     DARAH
Komposisi darah terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah. Beberapa  fungsi  darah  antara  lain      :
  1. Membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
  2. Membuang sisa-sisa makanan / zat sampah
  3. Melawan penyakit dan infeksi
  4. Kemampuan pembekuan darah
4.3         KEMATIAN
4.3.1      MATI KLINIS
  • Tidak ada napas dan nadi, bersifat reversibel.
  • Punya waktu 4 – 6 menit untuk diresusitasi tanpa kerusakan otak.
4.3.2      MATI BIOLOGIS
  • Terjadi 8 – 10 menit dari henti napas dan henti jantung, bersifat irreversibel.
  • Dimulai dengan kematian sel – sel otak.
4.3.3      TANDA-TANDA PASTI KEMATIAN
  1. Lebam mayat ( 20 – 30 menit )
  2. Kaku mayat ( 1 – 2 jam )
  3. pembusukan ( 6 – 12 jam)
  4. Tanda lainnya : cedera mematikan.
4.4   SUMBATAN JALAN NAPAS
Mengenal Sumbatan jalan napas :
4.4.1      SUMBATAN SEBAGIAN ( PARSIAL )
  • Pertukaran udara baik : diperlihatkan dengan batuk kuat
  • Pertukaran udara buruk : diperlihatkan dengan batuk lemah tidak efektif, nada tinggi, kulit abu kebiruan.
  • Suara napas memperlihatkan jenis sumbatan :
  • Suara dengkur: lidah jatuh menutup jalan napas
  • Suara lengking : kotak pita suara kejang ( spasme )
  • Suara bengek: jalan napas membengkak atau kejang
  • Suara kumur: darah, muntahan atau cairan lain di jalan napas.
4.4.2     SUMBATAN TOTAL
  • Tak dapat berbicara, bernapas atau batuk
  • Mencengkram leher dengan satu atau kedua tangan ( tanda universal ).
4.4.3     4  Koreksi  Sumbatan  Jalan  Nafas
1.    Hentakan perut (abdominal thrust) : letak titik penekanan pada pertengahan antara umbilicus dengan procesus xipoideus ( Dewasa ).
2.    Hentakan Dada (Chest Thrust) : letakkan titik penekanan pada pertengahan tulang dada ( Ibu hamil – Gemuk – Anak – bayi ).
3.    Pukulan punggung
4.    Sapuan jari  (Finger Sweep) :  Jika ada sumbatan/benda asing yang terlihat di dalam mulut. Teknik ini tidakboleh dilakukan pada bayi &anak kecil, kecuali benda asingnya sudah terlihat di dalam mulut.
4.4.4     Koreksi Sumbatan jalan napas pada dewasa sadar
ü  Bila seseorang sadar tidak dapat bicara, napas atau batuk :
  • Berikan sampai 5 x hentakan perut ( Heimlich manuver )
  • Periksa, apakah sumbatan benda asing sudah keluar
  • Bagi wanita hamil atau orang gemuk : Lakukan hentakan dada
ü  Ulangi siklus 5 x hentakan perut, sampai :
  • Korban bantuk mengeluarkan benda asing tersebut
  • Korban mulai bernapas atau batuk kuat
  • Korban menjadi tidak sadar
ü  Nilai kembali korban sesudah setiap 5 x hentakan
ü  Anda dapat melakukan kombinasi hentakan perut dengan pukulan punggung.










Gb 3-13. Pukulan punggung pada bayi
Gb. 3-12.  Hentakan Perut
                  Gb 3-15. Sapuan Jari
Gb 3-14. Hentakan Perut ( Lanjut )
Gb 3-16. Hentakan Dada pada Ibu Hamil dan Dewasa
Gb 3-17. Hentakan Perut dan Hentakan Dada pada Anak
Gb 3-18. Hentakan Dada dan Pukulan Punggung pada Bayi
4.4.5      Koreksi  Sumbatan  Jalan  Napas Pada  Dewasa Tidak Sadar
ü  Bila seseorang tidak sadar dan 2 inflasi tidak masuk dan sesudah reposisi, 2 inflasi tidak masuk lagi, lakukan :
  • Berikan 5 x hentakan perut dengan posisi mengangkang diatas korban.
  • Lakukan tekhnik sapuan jari
ü  Untuk anak : Tekhnik sapuan jari hanya bila benda terlihat jelas.










Gb 3-19. Tahap
Tindakan BHD

Gb 3-20. Sapuan Jari Pada Bayi
Gb 3-21. Koreksi Sumbatan Jalan Nafas Pada Anak dan Bayi
4.4.6     Bila  langkah  tersebut  gagal :
ü  Ulangi siklus terus sampai berhasil atau bantuan medis tiba
  • Beri 2 inflasi
  • Gagal, reposisi kepala, ulangi 2 inflasi
  • Lakukan 5 x hentakan perut
  • Lakukan tekhnik sapuan jari.
4.5   RESUSITASI  JANTUNG  PARU
Adalah Kombinasi pernapasan buatan dan kompresi dada luar untuk mengembalikan fungsi jantung dan paru.
RJP dilakukan ketika  tidak ada respons dari korban atau tidak ada nadi dan tidak ada nafas ( mati klinis ).
4.5.1     Pada Saat melakukan RJP
  • Lakukan diatas alas yang datar ,rata & keras.
  • Lakukan 5 Siklus selama 2 menit ( 30 kompresi, 2 inflasi ).
  • Periksa kembali napas dan nadi. Minta seseorang menilai nadi karotis.
  • Lihat gerakan naik turunnya dada saat bantuan napas diberikan.
  • Reaksi pupil mungkin akan kembali normal.
  • Warna kulit penderita berangsur-angsur membaik.
  • Penderita mungkin menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
  • Nadi akan berdenyut kembali.
  • Jika nadi masih tidak teraba, lanjutkan RJP dengan setiap 2 menit periksa napas dan nadi
  • Jika nadi sudah teraba namun napas belum ada, lanjutkan napas  dengan 1 tiupan tiap 5 – 6 detik
  • Masalah Pakaian Korban : Biasanya tidak perlu untuk melepas atau membuka pakaian korban.
4.5.1.1     Lepaskan atau buka bila :
  • Kerah pakaian menghalangi pemeriksaan denyut nadi leher
  • Pakaian terlalu tebal untuk menentukan titik kompresi
  • Tak dapat menemukan tempat posisi tangan yang tepat
  • Prosedur peraturan lokal yang mengharuskan


4.5.1.2     Korban mempunyai kesempatan hidup lebih baik bila :
  • RJP dimulai dalam 4 menit pertama henti jantung
  • Korban menerima bantuan hidup lanjut dalam 4 menit kemudian




Gb 3-22. Posisi RJP anak, dewasa dan 2 orang penolong
Gb 3-23 Posisi Tubuh Penolong Dalam Melakukan RJP Dewasa
4.5.1.3     RJP DEWASA
ü  Periksa Respon A–S–N-T
ü  Minta Bantuan
ü  Posisikan Korban dan mulai penilaian dini
ü  Buka jalan napas dan periksa napas ( Sumbatan ( – ) )
ü  Beri 2 x napas buatan
ü  Periksa denyut nadi ( -)
ü  Periksa perdarahan besar ( -)
ü  Tentukan tempat / titik kompresi
ü  Beri 15 x kompresi, kecepatan 80 x/menit –kedalaman kompresi 4 –5 cm
ü  Beri 2 x napas buatan
ü  Ulangi siklus, langkah 8 dan 9 (4 siklus dalam 1 menit)
ü  Periksa denyut nadi leher setiap beberapa menit
ü  Pulih, Posisikan korban miring stabil
ü  Periksa selalu A –B -C

4.5.1.4     RJP ANAK
ü  Periksa Respon A–S–N-T
ü  Minta Bantuan
ü  Posisikan Korban dan mulai penilaian dini
ü  Buka jalan napas dan periksa napas ( Sumbatan ( – ) )
ü  Beri 2 x napas buatan
ü  Periksa denyut nadi ( -)
ü  Periksa perdarahan besar ( -)
ü  Tentukan tempat / titik kompresi
ü  Beri 5 x kompresi, kecepatan 100 x/menit –kedalaman kompresi 3–4cm
ü  -Kompresi dilakukan hanya dengan 1 tangan
ü  Beri 1x napas buatan
ü  Ulangi siklus, langkah 8 dan 9 (4 siklus dalam 1 menit)
ü  Periksa denyut nadi leher setiap beberapa menit
ü  Pulih, Posisikan korban miring stabil
ü  Periksa selalu A –B –C
Gb 3-24. Posisi RJP Anak

Gb 3-25. Posisi RJP Pada Bayi


4.5.1.5     RJP BAYI
ü  Periksa Respon A–S–N-T
ü  Minta Bantuan
ü  Posisikan Korban dan mulai penilaian dini
ü  Buka jalan napas dan periksa napas ( Sumbatan ( – ) )
ü  Beri 2 x napas buatan, gunakan udara dalam mulut
ü  Periksa denyut nadi ( -)
ü  Periksa perdarahan besar ( -)
ü  Tentukan tempat / titik kompresi
ü  Beri 5 x kompresi, kecepatan 100 x/menit,kedalaman kompresi, 2,3 cm
ü  Kompresi dilakukan hanya dengan 2 jari tangan
ü  Beri 1x napas buatan
ü  Ulangi siklus, langkah 8 dan 9 ( 4 siklus dalam 1 menit )
ü  Periksa denyut nadi leher setiap beberapa menit
ü  Pulih, Posisikan korban miring stabil dalam gendongan
ü  Periksa selalu A –B –C
4.5.2      Kapan menghentikan RJP
  • Korban pulih ( denyut nadi dan napas kembali )
  • Diganti oleh tenaga terlatih
  • Kelelahan untuk meneruskan
  • Dokter mengatakan untuk menghentikan tindakan
  • Henti Jantung sudah lebih 30 menit ( dengan atau tanpa RJP )
Catatan : Pendapat ini masih kontroversial dilapangan tanpa ahli.
4.5.3     Posisi Pemulihan ( Miring Stabil )
Korban tak sadar – bernapas – tanpa trauma,
gunakan posisi miring stabil, caranya :
  • Miringkan korban pada salah satu sisi tubuh
  • Tempatkan pada satu tangan sebagai penopang kepala
  • Tekuk tungkai untuk mencegah korban bergulir.




Gb 3-26. Tahap Proses Posisi Pemulihan
Gb 3-27. Posisi pemulihan
4.5.4     Bahaya Komplikasi RJP
1.    Muntah, sebab :
  • Pemberian napas buatan terlalu cepat
  • Pemberian napas buatan terlalu keras
  • Sumbatan jalan napas sebagian atau total.
2.    Inhalasi benda asing ( aspirasi ) :
Ada 3 zat yang mengancam kehidupan :
  • Aspirasi bahan makanan
  • Aspirasi bukan cairan lambung ( tenggelam )
  • Aspirasi asam lambung
3.    Distensi Lambung, sebab :
  • Napas buatan terlalu cepat
  • Napas buatan terlalu kuat
  • Sumbatan jalan napas parsial atau total
Catatan: Jangan coba mendorong keluar udara dari lambung.
4.    Luka dengan adanya cedera, seperti :
  • Patah Tulang iga, lepasnya iga, memar paru, robeknya paru, hati dan limpa.




5.         PERDARAHAN dan SYOK
5.1      PERDARAHAN
Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida.
5.1.1  KLASIFIKASI SUMBER PERDARAHAN / GOLONGAN PENDARAHAN
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau penyakit. Berdasarkan sumber perdarahan:
1.      Perdarahan nadi (arteri). Darah yang berasal dari pembuluh nadi keluar memancar sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang.
2.      Perdarahan balik (vena). Darah yang keluar dari pumbuluh balik, mengalir, berwarna merah gelap.
3.      Perdarahan rambut (kapiler). Berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan.
Gb. 3 – 28. Macam – macam Perdarahan
5.1.2  JENIS-JENIS PERDARAHAN
1.        Perdarahan Luar
Perdarahan yang terlihat jelas darah keluar dari luka terbuka. Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
2.        Perdarahan Dalam
Perdarahan dalam biasanya tak terlihat dan kulit tidak tampak rusak sehinga darah tidak bisa mengalir langsung. Kadang-kadang terlihat berada dibawah permukaan kulit tanpa memar.
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.
ü  5 Stasiun perdarahan dalam :
  1. Rongga Kepala ( Cranium )
  2. Rongga Dada
  3. Rongga Tulang Belakang
  4. Rongga Perut ( Abdomen )
  5. Rongga Panggul ( Pelphis )
ü Tanda dan Gejala Perdarahan Dalam :
Waspadai adanya perdarahan dalam, bila terjadi:
a)    Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
b)    Patah tulang tertutup
c)    Luka tusuk
d)    Darah / cairan yang keluar dari telinga atau hidung
e)    Muntah atau batuk darah
f)     Memar luas pada batan tubuh
g)    Luka tembus dada atau perut
h)    Nyeri tekan, kaku atau kejang pada dinding perut
i)      BAK / BAB berdarah
j)      Selalu haus
5.2      PERTOLONGAN PERTAMA PADA PERDARAHAN
Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.
5.2.1     PERLINDUNGAN TERHADAP INFEKSI PADA PENANGANAN  PERDARAHAN
  1. Pakai APD agar tidak terkena darah / cairan tubuh korban.
  2. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberikan perawatan.
  3. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat.
  4. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.
Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit. Maka itu semua jenis cairan yang berasal dari korban, kita anggap itu beracun.
5.2.2     MENGENDALIKAN PERDARAHAN LUAR
1.   Tekan langsung pada lukanya. Tekan bagian yang berdarah tepat diatas luka, umumnya perdarahan akan berhenti setelah 5 -15 menit. Bila belum berhenti dapat ditambah penutup lain, tanpa melepas penutup pertama.
2.   Tekan sebelum lukanya pada titik tekan ( Pada titik nadi yang lebih dekat dari arah jantung ).
3.   Elevasi : Meninggikan daerah yang mengalami perdarahan / lebih tinggi dari jantung dan lakukan bersamaan dengan tekanan langsung (dilakukan hanya untuk anggota gerak saja).
4.   Torniquet ( sangat tidak dianjukan ). Hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.




Gb. 3 – 29. Koreksi Perdarahan Luar
Gb. 3 – 30. Menghentikan perdarahan luar


5.3      PERAWATAN PERDARAHAN
5.3.1     PADA PERDARAHAN BESAR:
a.   Jangan buang waktu hanya untuk mencari penutup luka.
b.  Tekan langsung dengan tangan ( sebaiknya menggunakan sarung tangan latex).
c.   Pertahankan dan tekan cukup kuat.
d.  Rawat luka setelah perdarahan terkendali.
5.3.2     PADA PERDARAHAN RINGAN ATAU TERKENDALI
  1. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka.
  2. Tekan sampai perdarahan terkendali.
  3. Pertahankan penutup luka dan balut.
  4. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama.
5.3.3     PERDARAHAN DALAM ATAU CURIGA ADA PERDARAHAN DALAM
  1. Baringkan dan istirahatkan penderita
  2. Buka jalan nafas dan pertahankan
  3. Periksa berkala pernafasan dan denyut nadi
  4. Perawatan syok bila terjadi atau akan terjadi syok
  5. Jangan beri makan dan minum
  6. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
  7. Bila ada berikan oksigen
  8. Rujuk ke fasilitas kesehatan
“ Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan berarti menghentikan perdarahan sama sekali. ”
5.4      PENUTUP DAN PEMBALUT LUKA
5.4.1  PENUTUP LUKA
Gunanya untuk :
1.   Membantu mengendalikan perdarahan
2.   Mencegah kontaminasi  lebih lanjut
3.   Mempercepat penyembuhan
4.   Mengurangi nyeri
5.4.1.1     PENUTUPAN LUKA
ü Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
ü Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
ü Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi
5.4.1.2     PENGGUNAAN PENUTUP LUKA PENEKAN
Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1.   Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung  di atas luka  dan tekan.
2.   Beri bantalan penutup luka.
3.   Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4.   Balut.
5.   Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).
5.4.2     PEMBALUT
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.
  • 4  FUNGSI PEMBALUT
  1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
  2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
  3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
  4. Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.
5.4.2.1     BEBERAPA JENIS PEMBALUT
1.    Pembalut pita/gulung.
2.    Pembalut segitiga (mitela).
3.    Pembalut penekan.
5.4.2.2     PEMBALUTAN
  • Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk menghentikan perdarahan.
  • Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
  • Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
  • Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar  untuk menambah luasnya permukaan  yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
  • Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita  terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.
  • Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh.
  • Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.
Gb. 3 – 31. Membalut luka di kepala dengan kain pita
Gb. 3 – 32. Balutan Spika pada alat gerak dengan kain pita
Gb. 3 – 33. Pembalutan pada kepala dengan kain mitela
Gb. 3 – 34. Pembalutan pada sendi
Gb. 3 – 35. Balutan Spiral pada alat gerak dengan kain pita
Gb. 3 – 36. Balutan Recurrent pada amputasi
5.5      SYOK
Syok terjadi bila system peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital (terutama otak, jantung, dan paru-paru).
5.5.1     PENYEBAB
  1. Kegagalan jantung memompa darah
  2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
  3. Pelebaran pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik
  4. Kekurangan cairan tubuh yang banyak
 TANDA
  1. Pernafasan : cepat dan dangkal
  2. Nadi : cepat dan lemah
  3. Kulit : pucat, dingin, dan lembab
  4. Wajah : pucat, sianosis pada bibir, lidah, da cuping telinga
  5. Mata : pandangan hampa, pupil melebar
  6. Melemas, mungkin pingsan
5.5.2     GEJALA
  1. Mual, mungkin muntah
  2. Haus
  3. Lemah
  4. Pusing
  5. Gelisah dan takut mati
5.5.3     PENANGANAN SYOK
  1. Bawa penderita ke tempat yang teduh dan nyaman
  2. Tidurkan terlentang, tungkai ditinggikan 20-30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai.
  3. Pakaian penderita dilonggarkan
  4. Cegah kehlangan panas tubuh dengan beri selimut
  5. Tenangkan penderita
  6. Pastikan pernafasan baik
  7. Kontrol pendarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
  8. Bila ada berikan oksigen sesuai protocol
  9. Jangan beri makan dan minim
  10. Periksa berkala tanda vital secara berkala
  11. Rujuk ke fasilitas kesehatan
6.            CIDERA JARINGAN LUNAK dan CIDERA KHUSUS
JANGAN BERSIHKAN PADA LUKANYA LANGSUNG, TAPI BERSIHKAN SEKITAR LUKANYA LEBIH DULU, LALU TUTUP DENGAN PENUTUP LUKA, SETELAH ITU DIBALUT DENGAN PEMBALUT LUKA.
6.1         CIDERA JARINGAN LUNAK
Pertolongan pertama cedera jaringan lunak berkaitan erat dengan perdarahan dan pertolongan pertama untuk mengatasinya. Hal ini karena cedera jaringan lunak adalah salah satu penyebab terjadinya perdarahan.


Apa sih yang dimaksud dengan cedera jaringan lunak?? Dalam bahasa sehari-hari, kita sering mengenal cedera jaringan lunak dengan istilah luka yaitu terputusnya keutuhan jaringan lunak baik di luar ataupun di dalam tubuh.
Jaringan lunak ini meliputi kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan ikat, membran. kelenjar, otot dan saraf. Pada jaringan lunak, kulit bertindak sebagai pertahanan tubuh lapisan pertama terhadap gaya dari luar yang mudah mengalami cedera dan sangat jelas bila mengalami cedera.
Jika terjadi cedera jaringan lunak maka bisa menimbulkan beberapa komplikasi pada tubuh korban seperti perdarahan, kelumpuhan dan lainnya sesuai dengan luasnya dan jaringan lunak yang terkena.
  • Ada 2 kategori cidera jaringan lunak, yaitu     :
  1. Cidera Jaringan Lunak Terbuka
  2. Cidera Jaringan Lunak Tertutup

6.1.1      CIDERA JARINGAN LUNAK TERBUKA
  • Ø Ada 7 macam cidera jaringan lunak terbuka :
1.   Lecet / Abrasi
2.   Sayat
ü Untuk luka yang lebar, gunakan kain mitela lipatan 2.
ü Untuk luka pada sendi, gunakan kain mitela lipatan 4, dengan balutan spika.
ü Untuk luka yang kecil, gunakan kain mitela lipatan 8, dengan balutan spiral.
3.   Tusuk
ü Jangan cabut penusuknya, kecuali mengganggu jalan nafas. Stabilkan saja penusuknya menggunakan kain mitela dengan balutan donat, karena penusuknya berfungsi sebagai tampoon.
4.   Remuk
ü Lakukan pembidaian ( min. 2 buah ) pada bagian yang remuk.
5.   Gigitan
ü Sebaiknya untuk luka gigitan apapun kita asumsikan itu beracun. Gunakan Band-Aid elastis / Tensokrep dengan balutan spiral, lalu bawa ke Rumah Sakit.
6.   Tembak
ü Pada bagian vital, kita tidak dapat berbuat banyak. Pada bagian lain, tidak akan terasa sakit sebelum terkontaminasi dengan udara. Pada extrimitas atas dan extrimitas bawah jangan cabut proyektilnya, cukup hentikan perdarahannya.
7.   Amputasi
ü 6 – 8 jam  =  Golden Periode ( masih dapat disambung )
ü Ambil organ yang putus, masukkan ke wadah yang bersih dan kedap. Lalu mesukkan ke dalam es. Lalu balut lukanya menggunakan kain mitela dengan balutan recurrent. Lalu bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
6.1.2     CIDERA JARINGAN LUNAK TERTUTUP
  • Ø Ada 2 macam cidera jaringan lunak tertutup, yaitu       :
  • Ø Penanganan     :
  1. Terkilir
  2. Memar
1.   R          =          REST, Istirahatkan
I           =          ICE, ambil es batu
C          =          COMPRESS, lalu kompres
E          =          ELEVATION, angkat lebih tiggi dari jantung
Jika dalam 1 x 24 jam dengan cara tersebut diatas masih  belum baik, maka direndam dengan air hangat.
2.   Jangan diurut karena menyebabkan dilaktasi dan luka pada pembuluh darah.
Catatan :  Hanya Fraktur dan Dislokasi yang boleh diurut.
6.2         CIDERA KHUSUS
6.2.1      Haepitaxis / Mimisan
  • Ditengadahkan dan dipenceet hidungnya.
  • Periksa apakah ada cairan otak yang keluar.
  • Jangan disumbat, tapi ditutup saja dengan penutup luka dan plester.
6.2.2     Tertusuk dibagian Dada dan Leher
Pada bagian dada dan leher terdapat organ komponen sirkulasi dimana terjadinya gangguan pada organ tersebut dapat menyebabkan kematian.
Jika penusuknya harus dicabut, langsung tutup lukanya dengan tangan / platik agar kedap dan udara tidak masuk ke pembuluh darah.
6.2.3     Eviserasi ( Organ Perut Keluar )
Jangan direposisi, posisikan Litotomi. Gunakan balutan donat yang besar untuk menstabilkan organnya dan selalu disiram air supaya tidak lengket.
6.2.4     Korban Benturan Keras
ü  Curigai adanya trauma tulang belakang.
ü  Benturan keras di kepala ;
  • Periksa adanya cerebrospinalpluit yang keluar dari hidung dan kuping. Jika ada jangan disumbat, tapi ditutup saja.
  • Jika yang terbentur bagian sebelah kiri, biasanya yang cidera bagian sebelah kanan.
Fungsi Otak Kecil           :
Mengatur pernafasan,  Kesadaran  dan  Keseimbangan  Tubuh.

7.         PATAH TULANG / FRAKTUR dan PEMBIDAIAN
7.1      PATAH TULANG / FRAKTUR
7.1.1      DEFINISI
Terputusnya jaringan yang disebabkan oleh benturan / gesekan yang mengakibatkan sakit bila di gerakan
7.1.2      CIDERA OTOT RANGKA
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
7.1.3      PENYEBAB
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.

7.1.4      CEDERA DAPAT TERJADI SEBAGAI AKIBAT :
1.      Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2.      Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah,sehingga akhirnya bagian lain inilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti.
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi pada lengan. Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang.
Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.
7.1.5      GEJALA DAN TANDA PATAH TULANG
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :
  1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seeing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
  2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
  3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
  4. Terdengar suara berderak ( kripitus ) pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
  5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.
7.1.6     PEMBAGIAN PATAH TULANG
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1.   Patah tulang terbuka
2.   Patah tulang tertutup
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
7.1.7     PERTOLONGAN CEDERA ALAT GERAK
  1. Lakukan penilaian dini.
  2. Lakukan pemeriksaan fisik.
  3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
  4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
  5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
  6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
  7. Lakukan pembidaian.
  8. Kurangi rasa sakit.
  • Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
  • Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
  • Istirahatkan bagian yang cedera.
  • Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
  • Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
7.2         PEMBIDAIAN
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
7.2.1     TUJUAN PEMBIDAIAN
  1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
  2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
  3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
  4. Mengurangi rasa nyeri.
  5. Mempercepat penyembuhan
7.2.2     BEBERAPA MACAM JENIS BIDAI
1.      Bidai Keras. Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2.      Bidai Traksi. Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha.
3.      Bidai Improvisasi. Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4.      Gendongan / Belat dan Bebat. Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
7.2.3      PEDOMAN UMUM PEMBIDAIAN
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum. Adapun pedoman – pedoman tersebut antara lain adalah sebagai berikut     :
  1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
  2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
  3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
  4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
  5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
  6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
  7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
  8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
  9. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
  10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
  11. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
  12. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
  13. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
  14. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
  15. Jangan membidai berlebihan.
Gb. 3 – 37. Pembidaian secara umum ( patah tulang hasta )


8.        LUKA BAKAR
8.1      SEBAB
ü  Panas
ü  Kimia
ü  Listrik
ü  Radiasi
8.2      PENGGOLONGAN
Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1.  Luka bakar superfisial (derajat satu)
Yang terbakar hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja ( dermis ).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak
2.  Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Yang terbakar meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu ( epidermis ).
Luka bakar jenis ini paling sakit, ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
3.  Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena ( bakar ) tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam.
Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam. Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf.
Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri.
8.3   LUAS LUKA BAKAR
8.3.1     Rumus Sembilan ( Rules Nine ) Luka Bakar
BAGIAN
DEWASA
ANAK
KEPALA
9 % 
18 %
EXTRIMITAS ATAS
@ 9 %  =  18 %
@ 9 %  =  18 %
TUBUH DEPAN
18 %
18 %
TUBUH BELAKANG
18 %
18 %
KEMALUAN / GENITAL
1 %
EXTRIMITAS BAWAH
@ 18 % =  36 %
@ 14 % =  28 %
PADA ANAK, GENITAL DIGABUNG DENGAN EXTRIMITAS ATAS
8.3.2     Rumus telapak tangan
Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah Membanding-kannya dengan luas telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.
8.4      DERAJAT BERAT LUKA BAKAR
Dalam menilai Derajat Berat Luka Bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
1.   Luka bakar ringan

  • Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.
  • Luka bakar derajat dua kurang dari 15%.
  • Luka bakar derajat satu sampai dengan dari 50%.
2.   Luka bakar sedang
  • Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.
  • Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%.
  • Luka bakar derajat satu lebih dari 50%.
3.   Luka bakar berat
  • Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang.
  • Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.
  • Luka bakar derajat tiga di atas 10%.
  • Luka bakar derajat dua lebih dari 30%.
  • Luka bakar yang disertai cedera alat gerak ( extrimitas )
  • Luka bakar mengelilingi alat gerak
  • Luka Bakar CIRCUMVERRENCIAL = Luka Bakar Yang Meninggalkan Tanda Dari Logam
  • Luka Bakar INHALASI = Luka Bakar Pada Saluran Pernafasan
8.5      BEBERAPA PENYULIT PADA LUKA BAKAR
  1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
  2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.
8.6      PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
Dalam menangani kasus Luka Bakar, pertama-tama harus diperhatikan       :
ü  Keamanan keadaan
ü  Keamanan penolong dan orang lain
1.   Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena.
Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2.   Buka pakaian, perhiasan dan lainnya yang mengandung logam.
3.   Lakukan penilaian dini
4.   Berikan pernapasan buatan bila perlu
5.   Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6.   Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya.
Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri
7.   Upayakan penderita senyaman mungkin


9.        KERACUNAN
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi  toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan.
9.1      BAHAN PENYEBAB KERACUNAN
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
  1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan, seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas ( nitrogen, metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
  2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll.
  3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.
  4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll,
9.1.1     CARA TERJADINYA KERACUNAN PADA MANUSIA
-          Sengaja bunuh diri
-          Keracunan tidak di sengaja
9.1.2     JALUR MASUK RACUN KE TUBUH MANUSIA
-          Keracunan melalui mulut / alat pencernaan
-          Keracunan melalui pernapasan
-          Keracunan melalui kulit
-          Keracunan melalui suntikan atau gigitan
9.1.3     GEJALA DAN TANDA KERACUNAN SECARA UMUM
-          Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
-          Penurunan respon
-          Gangguan pernapasan
-          Nyeri kepala,pusing gangguan penglihatan
-          Mual muntah, Kejang – kejang
-          Lemas , lumpuh, kesemutan
-          Pucat perubahan warna pada lidah,Bibir
9.1.4     GEJALA DAN TANDA KERACUNAN SECARA KHAS
1.    Keracunan melalui mulut :
-            Mual , muntah
-            Nyeri perut
-            Diare
-            Napas / mulut berbau
-            Suara parau nyeri saluran cerna ( Mulut dan kerongkongan )
2.    Keracunan melalui pernapasan :
-  Sesak napas
-  Napas berbau
-  Perubahan warna pada bibir lidah dan kuping telinga
3.    Keracunan melalui kulit :
Daerah kontak berwarna kemerahan , nyeri, melepuh, dan meluas.
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan.
Gejala gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non spesifik dan spesifik, namun kadang kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat gejala gejala saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemerikasaan laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain lain.
Bila dicurigai telah terjadi keracunan bahan kimia atau obat-obatan, maka perlu diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini ;
  1. Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin akibat menelan bahan kimia korosif.
  2. Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan cat.
  3. Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau pada furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban.
  4. Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang berserakan.
  5. Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat, kebingungan atau gejala lain yang tidak diharapkan.
9.2   USAHA USAHA PENCEGAHAN TERJADINYA KERACUNAN
Usaha usaha pencegahan keracunan perlu dilakukan di tempat dimana bahan bahan kimia tersebut sering digunakan. Rumah tangga merupakan salah satu tempat penggunaan produk produk industri, sehingga perlu dilakukan langkah langkah praktis untuk pencegahan terjadinya keracunan, disamping itu pada tempat tempat kerja baik pada industri kecil ( home industri ) maupun industri besar merupakan tempat utama terdapatnya bahan bahan kimia baik sebagai bahan baku maupun sebagai hasil produk dari industri yang siap diedarkan kepada masyarakat.

9.2.1     PENANGANAN KERACUNAN SECARA UMUM
1.    Cari tau jenis racun yang mengenainya.
2.    Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan
3.    Pengamanan penderita dan penolong bila berada di daerah dengan gas beracun
4.    Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan
5.    Bila racun melalui jalur kontak maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan racun bila ada lalu bilaslah daerah yang terkena dg air
6.    Pantaulah tanda vital
7.    Awasi jalan napas , terutama bila respon menurun atau penderita muntah
8.    Beri oksigen bila ada sesuai dengan ketentuan , khususnya pada keracunan melalui udara
9.    Rujuk ke rumah sakit
9.2.2     ZAT / OBAT PELUNAK RACUN
1.      Putih Telur ( 60 – 100 cc )
2.      Susu, Air Putih
3.      Larutan Tepung Kanji atau Tepung Beras
4.      Mentega
5.      Norit ( Bubuk Arang Batok Kelapa )
6.      Minyak Tumbuh – tumbuhan
7.      Parafin Cair
Catatan : Minyak dan Mentega tidak untuk keracunan obat serangga.
9.2.3     ZAT – ZAT PERANGSANG MUNTAH
1.      Garam Dapur, 1 – 2 sendok makan dalam 1 gelas air.
2.      Mustard, 1 – 2 sendok makan dalam 1 gelas air.
3.      Soda Kue.
9.3      KERACUNAN MAKANAN
9.3.1   PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN MAKANAN SECARA UMUM
  1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
  2. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
  3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
  4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
  5. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
9.3.2  KERACUNAN SINGKONG ATAU KARA BENGUK.
Diatasi dengan minum air kelapa hijau yang diberi sedikit garam. Dapat juga dicampur gula kelapa.
9.3.3  KERACUNAN JAMUR.
Untuk mengobatinya minumlah sebutir telur ayam yang sudah dikocok. Berikan juga santan kental atau air kelapa hijau satu gelas.
9.3.4  KERACUNAN MAKANAN BUSUK.
Misalnya daging kalengan. Berikan norit dan usahakan agar muntah.
9.3.5  KERACUNAN MAKANAN LAUT.
Usahakan agar penderita muntah, lalu minumkan air kelapa hijau. Supaya cepat muntah, penderita minum telur mentah yang sudah dikocok atau susu sapi mentah.
9.3.6  KERACUNAN DAGING ATAU IKAN BUSUK.
Minumlah segelas santan kelapa yang kental. Susul dengan minum air kelapa muda. Dapat juga ditambahkan 20 g kaolin pada air kelapa tersebut.
9.3.7  KERACUNAN JENGKOL
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan yaitu jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
  • Ø Tanda dan Gejala :
  1. Nafas, mulut dan air kemih penderita berbau jengkol
  2. Sakit pinggang yang diserta sakit perut
  3. Nyeri waktu buang air kecil
  4. Buang air kecil disertai darah.
  • Ø Pertolongan Pertama:
  1. Minum air putih yang banyak
  2. Obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk menghilang-kan rasa sakitnya.
  3. Segera kirim ke puskesmas / rumah sakit
9.4   KERACUNAN BAHAN KIMIA / OBAT-OBATAN
9.4.1     PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN BAHAN KIMIA / OBAT – OBATAN SECARA UMUM
  1. Usahakan agar dimuntahkan kembali, kecuali asam basa.
  2. Berikan oksigen atau pernapasan buatan jika perlu.
  3. Lakukan pembilasan lambung
  4. Berikan obat pelunak racun
  5. Selimuti korban
  6. Bawa ke RS
9.4.2     ZAT/OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA KERACUNAN OBAT / BAHAN KIMIA SECARA KHUSUS
A.  Keracunan Asam Keras
1.   Larutan encer soda kue dalam air
2.   100 gr kapur tulis dilarutkan dalam air
3.   Serpihan tembok dilarutkan dalam air
4.   Larutan sabun dalam air
5.   Larutan Kalsium Hidroksida (Ca OH) atau Lime Water 200 cc.
B.  Keracunan Basa Keras
1.   Cuka Dapur 100 – 200 cc
2.   Air jeruk 100 – 200 cc
3.   Asam Chlorida ( Hcl ) 100 – 200 cc

9.4.3     KERACUNAN ASETAMINOFEN
Lebih dari 100 jenis produk yang mengandung asetaminofen bisa dibeli secara bebas, tanpa resep dokter. Sediaan untuk anak-anak tersedia dalam bentuk sirup, tablet dan kapsul. Asetaminofen bisa ditemukan dalam beberapa obat berikut:
* Tylenol
* Anacin-3
* Liquiprin
* Panadol
* Tempra.
9.4.3.1     Kandungan asetaminofen dalam beberapa jenis  obat dan kekuatannya:
1.   Supositoria (tablet/kapsul yang dimasukkan ke dalam anus atau vagina) : 120 mg, 125 mg, 300 mg, 600 mg
Tablet kunyah : 80 mg
Kekuatan normal : 325 mg
Kekuatan ekstra : 500 mg
2.   Elixir: 325 mg/sendok teh, 160 mg/sendok teh, 120 mg/ sendok teh
Sirup : 160 mg/sendok teh, 130 mg/sendok teh
Obat tetes : 100 mg/mL, 120 mg/2,5 mL
Asetaminofen adalah obat yang sangat aman, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Sejumlah besar asetaminofen akan melebihi kapasitas kerja hati, sehingga hati tidak lagi dapat menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Akibatnya, terbentuk suatu zat racun yang dapat merusak hati. Keracunan asetaminofen pada anak-anak yang belum mencapai masa puber, jarang berakibat fatal. Pada anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun, overdosis asetaminofen bisa menyebakban kerusakan hati.
9.4.3.2     Tanda dan Gejala keracunan asetaminofen terjadi melalui 4 tahapan:
1.  Stadium I ( beberapa jam pertama ) : belum tampak.
2.  Stadium II ( setelah 24 jam ) : mual dan muntah; hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi secara normal.
3.  Stadium III ( 3 – 5 hari kemudian ) : muntah terus berlanjut; pemeriksaan menunjukkan bahwa hati hampir tidak berfungsi, muncul gejala kegagalan hati.
4.  Stadium IV ( setelah 5 hari ) : penderita membaik atau meninggal akibat gagal hati.
9.4.3.3     Tanda dan Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
-       Berkeringat
-       Kejang
-       Nyeri atau Pembengkakan di daerah lambung
-       Nyeri atau Pembengkakan di perut bagian atas
-       Diare
-       Nafsu makan berkurang
-       Mual dan/atau muntah
-       Rewel
-       Koma.
Tanda dan Gejala mungkin baru timbul 12 jam atau lebih setelah mengkonsumsi asetaminofen. Tindakan darurat yang dapat dilakukan di rumah adalah segera memberikan sirup ipekak untuk merangsang muntah dan mengosongkan lambung.
9.4.4      KERACUNAN ASPIRIN (ASETOSAL)
Aspirin atau obat yang mirip dengan Aspirin (salisilat) biasanya tidak dianjurkan diberikan  kepada anak-anak dan remaja karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye. Tetapi pada penyakit tertentu (misalnya artritis rematoid juvenil) pemberian Aspirin kepada anak-anak / remaja dibenarkan / diperlukan. Aspirin ditemukan pada:
* Aspirin
* Ecotrin
* Anacin (kaplet dan tablet)
* Alka Seltzer
* Bufferin.
Overdosis Aspirin (salisilisme) pada anak yang telah meminum Aspirin dosis tinggi selama beberapa hari biasanya lebih berat. Bentuk salisilat yang paling beracun adalah minyak wintergreen (metil salisilat), yang merupakan komponen dari obat gosok dan larutan penghangat. Seorang anak dapat meninggal karena menelan kurang dari 1 sendok teh metil salisilat murni.
Tanda dan Gejala awal dari salisilisme adalah mual dan muntah, diikuti dengan pernafasan yang cepat, hiperaktivitas, peningkatan suhu tubuh dan kadang kejang. Anak menjadi mengantuk, mengalami kesulitan dalam bernafas dan pingsan. Kadar Aspirin yang tinggi dalam darah menyebabkan anak menjadi sering berkemih, dan hal ini bisa menyebabkan dehidrasi.
Untuk pertolongan pertama dilakukan pengurasan lambung sesegera mungkin. Jika anak dalam keadaan sadar, diberikan arang aktif melalui mulut atau melalui selang yang dimasukkan ke dalam lambung. Untuk mengatasi dehidrasi ringan, anak diharuskan minum sebanyak mungkin ( susu maupun jus buah ). Untuk dehidrasi yang lebih berat, diberikan cairan melalui infus. Demam diatasi dengan kompres hangat. Kadar yang bisa menimbulkan keracunan adalah 150-300 mg/kg berat badan. Berikan susu atau santan kelapa. Usahakan agar muntah.
9.4.5     KERACUNAN BAHAN KAUSTIK
Yang dimaksud dengan bahan kaustik adalah asam dan alkali kuat. Bahan kaustik (jika tertelan) bisa menyebabkan luka bakar dan secara langsung menyebabkan kerusakan pada mulut, kerongkongan serta lambung.
Beberapa keperluan rumah tangga yang mengandung bahan kaustik adalah pembersih jamban dan sabun pencuci piring; beberapa diantaranya mengandung bahan kaustik yang paling berbahaya, yaitu natrium hidroksida dan asam sulfat. Bahan tersebut terdapat dalam bentuk padat maupun cair. Pada sediaan padat, rasa panas yang ditimbulkan menempel pada permukaan yang lembab sehingga anak segera berhenti memakannya. Sedangkan sediaan cair tidak menempel, lebih mudah ditelan dan bisa menyebabkan kerusakan pada seluruh bagian kerongkongan.
Tanda dan gejala yang terjadi biasanya segera timbul nyeri dan sifatnya bisa berat. Daerah yang terbakar menjadi bengkak dan menelan menimbulkan nyeri. Pernafasan menjadi dangkal, dengan denyut nadi yang cepat dan lemah. Kadang pembengkakan menyebabkan tersumbatnya saluran udara. Sering terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Bahan kaustik menyebabkan kerusakan pada dinding kerongkongan atau lambung. Satu minggu atau lebih setelah keracunan, pada dinding kerongkongan maupun lambung yang mengalami kerusakan bisa terjadi perforasi (pembentukan lubang), yang kemungkinan disebabkan oleh muntah maupun batuk. Anak yang berhasil melalui masa awal kerusakan pada akhirnya bisa meninggal akibat infeksi karena bahan kaustik dari kerongkongan merembes ke dalam rongga dada. Meskipun pada awalnya hanya menimbulkan gejala yang rignan, tetapi beberapa minggu kemudian bisa terjadi penyempitan pada kerongkongan.
Pada kasus berat dengan bahan kaustik yang sangat kuat, kematian terjadi akibat:
-          tekanan darah yang sangat rendah
-          penyumbatan saluran pernafasan
-          perforasi kerongkongan
-          kerusakan jaringan
-          peradangan paru-paru.
Untuk melarutkan bahan kaustik, sebaiknya anak diberikan minum sebanyak mungkin, yang terbaik adalah minum susu. Susu tidak hanya bersifat melindungi dan melembutkan selaput lendir, tetapi juga merupakan pengganti dari protein jaringan yang merupakan target dari bahan kaustik. Jika minum susu, berikan tablet kapur. Cuci perut dengan garam inggeris.
Baju yang terkena bahan kaustik segera dilepas dan kulit yang terkena segera dicuci bersih. Sebaiknya tidak dilakukan perangsangan muntah dan pengurasan lambung karena bisa memperburuk kerusakan yang telah terjadi. Antibiotik diberikan jika anak mengalami demam atau terdapat tanda-tanda perforasi kerongkongan. Pada kasus yang ringan, anak didorong untuk minum sebanyak mungkin cairan. Jika anak tidak mau minum, cairan bisa diberikan melalui infus.
9.4.6     KERACUNAN TIMAH HITAM
Keracunan timah hitam (plumbisme) biasanya merupakan suatu keadaan kronis (menahun) dan kadang gejalanya kambuh secara periodik. Kerusakan yang terjadi bisa bersifat permanen (misalnya gangguan kecerdasan pada anak-anak dan penyakit ginjal progresif pada dewasa). Timah hitam ditemukan pada
* Pelapis keramik
* Cat
* Batere
* Solder
* Mainan.
  • Pemaparan oleh timah hitam dalam jumlah relatif besar bisa terjadi melalui beberapa cara  :
-       Menelan serpihan cat yang mengandung timah hitam
-       Membiarkan alat logam yang mengandung timah hitam (misalnya peluru, pemberat tirai, pemberat alat pancing atau perhiasan) tetap berada dalam lambung atau persendian, dimana secara perlahan timah hitam akan larut
-       Meminum minuman asam atau memakan makanan asam yang telah terkontaminasi karena disimpan di dalam alat keramik yang dilapisi oleh timah hitam (misalnya buah, jus buah, minuman berkola, tomat, jus tomat, anggur, jus apel)
-       Membakar kayu yang dicat dengan cat yang mengandung timah hitam atau batere di dapur atau perapian
-       Mengkonsumsi obat tradisional yang mengandung senyawa timah hitam
-       Menggunakan perabotan keramik atau kaca yang dilapisi timah hitam untuk menyimpan atau menyajikan makanan
-       Minum wiski atau anggur yang terkontaminasi oleh timah hitam
-       Menghirup asap dari bensin yang mengandung timah hitam
-       Bekerja di tempat pengolahan timah hitam tanpa menggunakan alat pelindung (seperti respirator, ventilasi maupun penekan debu).
Pemaparan timah hitam dalam jumlah yang lebih kecil, terutama melalui debu atau tanah yang telah terkontaminasi oleh timah hitam, bisa meningkatkan kadar timah hitam pada anak-anak; karena itu perlu diberikan pengobatan meskipun tidak ditemukan gejala.
Pada anak-anak, gejalanya diawali dengan rewel dan berkurangnya aktivitas bermain selama beberapa minggu. Kemudian gejala yang serius timbul secara mendadak dan dalam waktu 1-5 hari menjadi semakin memburuk, yaitu berupa:
-          Muntah menyembur yang berlangsung terus menerus
-          Berjalan goyah/limbung
-          Kejang
-          Linglung
-          Mengantuk
-          Kejang yang tak terkendali dan koma.
Pada dewasa, serangkaian gejala yang khas bisa timbul dalam waktu beberapa minggu atau lebih, yaitu berupa perubahan kepribadian, sakit kepala, di dalam mulut terasa logam, nafsu makan berkurang dan nyeri perut samar-samar yang berakhir dengan muntah, sembelit serta nyeri kram perut. Pada dewasa jarang terjadi kerusakan otak.
Gejala kerusakan otak tersebut terutama terjadi akibat pembengkakan otak. Baik pada anak-anak maupun dewasa bisa terjadi anemia. Beberapa gejala bisa menghilang secara spontan, tetapi jika kembali terjadi pemaparan oleh timah hitam, gejalanya akan kembali memburuk.
Resiko tinggi ditemukan pada anak-anak yang tinggal di rumah tua / lama yang dicat dengan cat yang mengandung timah hitam.
Kapsul succimer akan berikatan dengan timah hitam dan membantu melarutkannya di dalam cairan tubuh sehingga dapat dibuang ke dalam air kemih. Efek sampingnya adalah ruam kulit, mual, muntah, diare, nafsu makan berkurang, terasa logam di mulut dan kelainan pada fungsi hati (kadar transaminase).
Pemulihan sempurna mungkin memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan kemungkinan akan meninggalkan efek saraf yang permanen. Setelah mengalami keracunan timah hitam, sistem saraf dan otot bisa tidak berfungsi sebagaimana mestinya, Sistem pembuluh darah dan ginjal juga bisa mengalami gangguan. Anak yang bertahan hidup bisa mengalami kerusakan otak yang permanen.
9.4.7     KERACUNAN ZAT BESI
Sejumlah besar zat besi bisa menyebabkan diare, muntah, peningkatan jumlah sel darah putih dan kadar gula darah yang tinggi. Jika dalam waktu 6 jam pertama tidak timbul gejala dan kadar zat besi di dalam darah rendah, maka kecil kemungkinan terjadinya keracunan. Zat besi ditemukan pada:
* Fero-sulfat (Feosol, Slow Fe)
* Fero-glukonat (Fergon)
* Fero-fumarat (Femiron, Feostat)
* Suplemen mineral
* Suplemen vitamin.
  • Gejala overdosis zat besi biasanya terjadi melalui beberapa  tahap:
1.   Stadium 1 ( dalam waktu 6 jam )
-          muntah
-          rewel
-          diare
-          nyeri perut
-          kejang
-          mengantuk
-          penurunan kesadaran
-          perdarahan lambung (gastritis hemoragika) akibat iritasi saluran pencernaan.
Jika kadar zat besi di dalam darah tinggi, juga bisa terjadi:
-          pernafasan dan denyut nadi cepat
-          tekanan darah rendah
-          peningkatan keasaman darah.
Tekanan darah yang sangat rendah atau penurunan kesadaran selama 6 jam pertama menunjukkan bahwa keadaannya sangat serius.
2.   Stadium 2 (dalam waktu 10-14 jam)
terjadi perbaikan semu yang berlangsung selama 24 jam.
3.   Stadium 3 (antara 12-48 jam).
Bisa terjadi syok (tekanan darah sangat rendah), aliran darah ke jaringan berkurang dan kadar gula darah turun. Kadar zat besi dalam darah mungkin normal, tetapi pemeriksaan menunjukkan adanya kerusakan hati.
Gejala lainnya adalah:
-            demam
-            peningkatan jumlah sel darah putih
-            kelainan perdarahan
-            kelainan konduksi listrik di jantung
-            disorientasi
-            gelisah
-            mengantuk
-            kejang
-            penurunan kesadaran.
-            Bisa terjadi kematian.
4.   Stadium 4 (setelah 2-5 minggu)
Bisa terjadi komplikasi seperti penyumbatan usus, sirosis atau kerusakan otak. Jika hasil pemeriksaan darah menunjukkan kadar zat besi yang rendah, dilakukan observasi selama 6 jam dan jika tidak timbul gejala, anak tidak perlu dirawat. Jika kadar zat besi tinggi atau timbul gejala, maka anak perlu dirawat.
Di rumah sakit dilakukan pengurasan lambung. Digunakan arang aktif, meskipun tidak banyak menyerap zat besi. Mungkin perlu dilakukan pencucian usus untuk membuang zat besi.
Resiko kematian pada anak yang mengalami syok dan kesadarannya menurun adalah sebesar 10%. Kematian bisa terjadi bahkan dalam waktu 1 minggu setelah keracunan, tetapi jika dalam waktu 48 jam gejala-gejalanya telah hilang, maka akan terjadi pemulihan sempurna.
9.4.8     KERACUNAN HIDROKARBON
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon. Hidrokarbon banyak ditemukan di dalam minyak bumi, gas alam dan batubara. Keracunan hidrokarbon biasanya terjadi karena anak menelan hasil penyulingan minyak bumi, seperti bensin, minyak tanah, pengencer cat dan hidrokarbon terhalogenasi (misalnya karbon tetraklorida yang banyak ditemukan di dalam larutan dan pencair dry-cleaning atau etilen diklorida).
Kematian banyak terjadi pada remaja yang dengan sengaja menghirup atsiri. Sejumlah kecil bahan tersebut (terutama dalam bentuk cairan yang mudah mengalir) bisa masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Cairan yang lebih kental, yang digunakan pada semir furnitur, sangat berbahaya karena bisa menyebabkan iritasi dan pneumonia aspirasi yang berat.
Gejalanya terutama menyerang paru-paru dan usus; pada kasus yang sangat berat juga menyerang otak. Tandanya pada awalnya anak mengalami batuk dan tersedak, kemudian pernafasan menjadi cepat. Kulitnya tampak kebiruan karena berkurangnya kadar oksigen dalam darah. Selanjutnya terjadi muntah dan batuk yang menetap disertai megap-megap.
Pada anak yang lebih besar, sebelum terjadinya muntah, mereka mengeluh merasa terbakar / panas di lambung. Gejala neurologis meliputi mengantuk, koma dan kejang. Gejala yang lebih berat ditemukan pada anak yang telah menelan cairan yang lebih encer, minyak anjing laut mineral atau hidrokarbon halogenasi (misalnya karbon tetraklorida).
Jika anak berada dalam keadaan sadar, segera minum segelas susu untuk melarutkan bahan yang tertelan dan mengurangi peradangan lambung. Jika terdapat tanda-tanda pneumonia (misalnya pernafasan cepat, denyut jantung cepat atau batuk), anak harus dibawa ke rumah sakit. Jika terjadi pneumonia diberikan terapi oksigen, ventilator, cairan infus dan pengawasan ketat.
9.4.9     KERACUNAN ALKOHOL
Usahakan agar muntah, setelah muntah berikan kopi pahit dan kompres kepalanya dengan es.
9.4.10   KERACUNAN OBAT TIDUR (VALIUM, VERONAL).
Minumkan air sebanyak-banyaknya, usahakan agar ia muntah. Berikan norit dan garam inggeris sebagai pencuci perut.
9.4.11   KERACUNAN ARSEN/RACUN TIKUS
  • Ø Gejala keracunan arsen / racun tikus :
  1. Perut dan tenggorokan terasa terbakar
  2. Muntah, mulut kering
  3. Buang air besar seperti air cucian beras.
  4. Nafas dan kotoran berbau bawang
  5. Kejang / syok
  • Ø Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
  1. Usahakan agar dimuntahkan
  2. Beri minum hangat /susu atau larutan norit
  3. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit
9.4.12   KERACUNAN PESTISIDA.
Konsumsi air kelapa hijau yang diberi garam dapur. Usahakan agar muntah dengan cara memasukkan jari bersih ke kerongkongan
9.4.13   GIGITAN ULAR
  • Ø Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler, sistem pernapasan mungkin terpengaruh.
  • Ø Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban dan memberikan ketenangan agar detak jantung normal, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan.

10.      KEDARURATAN LINGKUNGAN
Yaitu, Suatu kondisi extrim yang diakibatkan oleh faktor lingkungan, yaitu cuaca yang panas dan dingin. Seseorang yang mengalami kasus ini mungkin juga dapat mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga  terjadi suatu luka.
Dalam  penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus ini penolong harus benar – benar dapat mengenali tanda dan gejalanya, serta sangat berhati – hati dalam menanganinya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama secara dini. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur. Kasus ini kerap terjadi di daerah yang panas atau dingin atau perpaduan dari keduanya.
Gejala dan tanda pada kasus kedaruratan lingkungan sangat beragam, khas maupun tidak khas. Perubahan yang tidak normal dari tanda vital maupun sikap tubuh yang tidak biasa dari penderita sudah mengarah pada kedaruratan lingkungan.
BEBERAPA GANGGUAN KEDARURATAN LINGKUNGAN
1.         Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga.
Gejala dan tanda:  
  1. Perasaan limbung.
  2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
  3. Lemas, keluar keringat dingin.
  4. Menguap.
  5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
  6. Denyut nadi lambat.
Penatalaksanaan :
  1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
  2. Longgarkan pakaian.
  3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
  4. Periksa cedera lainnya.
  5. Beri selimut, agar badannya hangat.
  6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
  7. Bila tidak cepat pulih, maka:
-       periksa napas dan nadi.
-       posisikan stabil.
-       bawa ke fasilitas kesehatan
2.         Paparan panas
Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya  ada 3 macam gangguan yang terjadi:
A.  Kram Panas ( Heat Cramps )
Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan  melalui keringat.
Gejala dan Tanda:
  1. Kejang pada otot yang disertai nyeri
  2. Tungkai dan perut.
  3. Kelelahan.
  4. Mual
  5. Mungkin pingsan
Penatalaksanaan :
  1. Baringkan penderita di tempat teduh.
  2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam. JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK MENCARI GARAM.
  3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
B.  Kelelahan Panas ( Heat Exhaustion )
Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.
Gejala dan tanda :
  1. Pernapasan cepat dan dangkal.
  2. Nadi lemah.
  3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir  pucat
  4. Pucat, keringat berlebihan.
  5. Lemah.
  6. Pusing, kadang tidak repon.
Penatalaksanaan :
  1. Baringkan penderita di tempat yang teduh.
  2. Kendorkan pakaian yang mengikat.
  3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm.
  4. Berikan oksigen bila ada.
  5. Beri minum bila penderita sadar.
  6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
C.  Sengatan Panas ( Heat Stroke )
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati.
Gejala dan tanda:
  1. Pernapasan cepat dan dalam.
  2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
  3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
  4. Manik mata melebar.
  5. Kehilangan kesadaran.
  6. Kejang umum atau gemetar pada otot.
Penatalaksanaan :
  1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
  2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher.
  3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi  air dingin dan tambahkan es ke dalamnya.
  4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
  5. D.  Dehidrasi
Menurun atau berkurangnya cairan tubuh karena melakukan aktifitas yang berlebihan, kurang minum dan kelelahan panas / sengatan panas
Tanda dan gejala         :
  1. Berkeringat berlebihan
  2. Bibir kering
  3. Melemas, mungkin pingsan
Penatalaksanaan         :
  1. Jauhkan dari sinar matahari langsung
  2. Lakukan penilaian dini
  3. Tenangkan penderita
  4. Beri air sedikit demi sedikit
3.         Paparan dingin
A.  Acute Mountain Sickness
Kondisi fisik yang melemah karena penurunan oksigen didalam darah karena berada di ketinggian. Berpotensi mengakibatkan hypoxia namun pada tahap ini bisa dihadapi dengan ber AKLIMATISASI saja tanpa menurukan ketinggian.
Gejala dan tanda         :
  1. Melemah
  2. Pandangan kabur
  3. Mual, mungkin muntah
  4. Lemas, mungkin pingsan
B.  Hypotermia
Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.
Gejala dan tanda
a.   Hipotermia sedang :
  1. Menggigil.
  2. Terasa melayang.
  3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
  4. Gangguan penglihatan.
  5. Reaksi mata lambat.
  6. Gemetar.
    b.  Hipotermia berat :
    1. Pernapasan sangat lambat.
    2. Denyut nadi sangat lambat.
    3. Tidak ada respon.
    4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
    5. Alat gerak kaku.
    6. Tidak menggigil.
Penanganan Hipotermia:
Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
  1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
  2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
  3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
  4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar  tetap kering.
  5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara  pelan pelan.
  6. Pantau tanda vital secara berkala.
  7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
C.  Hypoxia
Penurunan oksigen dalam darah karena berada di ketinggian ( > 4000 Mdpl ) hingga mengakibatkan kebingungan, menurunnya daya ingat secara tajam hingga hilang ingatan. Selain itu juga bisa terjadi kelumpuhan syaraf, halusinasi hingga koma.
Penatalaksanaan         :
  1. Berikan Oksigen
  2. Pindahkan penderita ke ketinggian yang lebih rendah hingga kembali normal.
  3. Rujuk ke fasilitas kesehatan
D.  Radang Beku ( Frost Bite )
Terjadinya kerusakan otot dan syaraf pada bagian tubuh yang terbuka ( yang kontak langsung dengan udara luar ) dan biasanya dimulai dari bagian yang lembut, seperti daun telinga, ujung hidung, ujung – ujung jari. Yang diakibatkan oleh suhu yang sangat dingin pada ketinggian diatas 3000 Mdpl. Jika terlambat dilakukan penanganan maka satu – satunya jalan adalah diamputasi karena kerusakan jaringan ini akan menjalar.
Tanda dan gejala         :
  1. Kedinginan yang terlalu
  2. Melemah
  3. Selalu menutupi bagian tubuh yang terbuka
  4. Bagian tubuh yang terbuka menjadi pucat, lama kelamaan membiru dan menghitam.
Penanganan    :
  1. Dipindahkan ke ketinggian yang lebih rendah
  2. Direndam air hangat / panas pada bagian yang terpapar hingga warna biru / kehitaman hilang
  3. Rujuk ke Rumah Sakit